Minggu, 21 Agustus 2011

Menyelami makna Idul Fitri

 Tanpa terasa kita telah memasuki lagi Idul Fitri, dan meninggalkan Ramadhan tahun ini di belakang kita. Sebagai umat Muslim tentu ada rasa kesyahduan memasuki hari yang fitri dan rindu yang mendalam meninggalkan Ramadhan, bulan yang suci penuh berkah dan mahfirah.

Melalui tulisan ini saya ingin mereaktualisasikan makna datangnya hari raya Idul Fitri yang terkadang tanpa disadari, esensinya bergeser dalam pemahaman sebagian kalangan tertentu. Karena Idul Fitri adalah kebahagiaan beraktivitas di hari kemenangan bersama anak cucu, kerabat, atau teman-teman dekat dengan shalat Ied berjamaah di sebuah masjid atau lapangan, berjabat tangan (ramah tamah), menyantap ketupat serta aneka macam makanan dan minuman lainnya.

Tetapi lebih dari itu, IdulFitri juga mesti merasuk ke relung hati terdalam yang ditempa puasa sebulan penuh selama Ramadhan.. Rasa sosial mesti sudah  lebih peka, bahkan sangat peka atas kehidupan kebersamaan secara sosial di dalam masyarakat kita, sehingga kita menjadi mahluk sosial yang lebih paripurna.

Sekat-sekat psikologis yang menghalangi hubungan kemanusiaan (human relations) sudah harus ‘runtuh’ sehingga semakin terwujud rasa dan sikap kebersamaan. Komunikasi antara pribadi semakin efektif dengan semakin tidak berjaraknya secara sosial antara satu dengan yang lainnya.

Dengan satu pemahaman yang sama bahwa manusia tidak dibedakan kecuali oleh ketaqwaannya di hadapan Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Ini adalah modal dasar, bahkan modal utama bagi sinergitas suatu masyarakat yang dinamis, maju dan berkembang.

Memiliki saling kesepahaman, meminimalisir rasa saling curiga atau dalam bahasa agamanya meningkatkan sikap saling husnuzhon terhadap sesame manusia dan juga terhadap Allah SWT Sang Pencipta.

Sikap kepekaan sosial sebetulnya telah difasilitasi dalam kerangka ibadah zakat fitrah dan zakat lainnya. Karena sikap kepedulian sosial akan bermuara pada kebersamaan dan tenggang rasa melihat kekurangan orang lain, maka zakat juga adalah proses kebersamaan dan pemenuhan kekurangan tersebut; dalam momen Idul Fitri.

Oleh karena di belahan bumi ini masih banyak kita temukan saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan, baik itu disebabkan oleh ketidakstabilan politik dan perekonomian, maupun dikarenakan faktor minimnya sumber daya manusia.

Maka zakat seperti tidak pernah kekurangan lapangan untuk pengimplementasiannya. Betapa beruntungnya orang yang memiliki kelebihan harta benda di negeri kita ini karena tidak pernah kekurangan fakir miskin untuk berbagi. Oleh karena itu kita harus tidak kekurangan usaha untuk terus meningkatkan harkat dan martabat saudara- saudara kita.

Lebih dari itu, zakat bukan sekadar memenuhi kekurangan saudara kita, tetapi adalah suatu upaya menyelamatkan mereka dari kekufuran. Bukankah Rasulullah Muhammad SAW pernah mengingatkan akan efek dari kemiskinan, bahwa kemiskinan bias menjerumuskan seseorang dalam kekufuran, kaadal fakru anyakuuna kufron (al-hadis).

Tentunya kita tidak rela kekufuran akan mengganti keimanan mereka. Di sisi lain komitmen Islam yang mendalam terhadap pesaudaraan dan keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan bagi semua umat manusia sebagai suatu tujuan pokok Islam.

Para fuqaha (pakar hukum Islam) telah kifayah (kewajiban kolektif) hukumnya bagi masyarakat Muslim untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pokok orang miskin. Kalau demikian adanya, kesempatan Idul Fitri kali ini nurani kita mesti tergugah untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi saudara-saudara yang hidup dalam belenggu kesengsaraan.

Semangat Idul Fitri Di Pemerintahan
Idul Fitri juga adalah persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai trasendental dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan- tindakan sosial. Karena tanpa itu Idul Fitri hanya akan difahami secara konsumtif.

Kalau sudah begini maka yang dominant adalah nilai-nilai hedonism. Jika ini yang terjadi, maka nilai-nilai suci Idul Fitri bisa tereduksi. Hubungan kemiskinan dengan zakat tidak akan tampak harmonis. Semuanya berjalan sendirisendiri dan tidak mencerminkan kehidupan sosial masyarakat yang saling mengisi.

Untuk itu kita harus mereinterpretasikan Idul Fitri agar lebih bermakna bagi jiwajiwa dalam masyarakat kita. Agar ketinggian nilai puasa dan Idul Fitri itu bias terjewantah dalam kehidupan kita bersama, yaitu sinergitas masyarakat yang dinamis yang bersama dalam kesefahaman dan upaya yang kuat secara bersama-sama untuk berbagi.

Secara terlembaga, semangat Idul Fitri seperti yang diuraikan di atas sebenarnya telah terrefleksikan dalam peran pemerintahan. Karena pemerintah, khususnya, di masa otonomi daerah ini adalah mengayomi dan memperhatikan serta memfasilitasi kekurangan rakyatnya di masingmasing daerah. Rakyat secara bersama-sama memunculkan kesadaran-kesadaran dalam pribadinya masing-masing sehingga memunculkan kesadaran kolektif akan kehidupan kebersamaan secara sosial. Berbagai perbedaan direduksi sedemikian rupa sehingga memunculkan persamaan pemahaman akan kepentingan bersama untuk hidup dengan sejahtera.

Kesadaran direfleksikan pada sikap saling percaya dan mempercayai serta saling bergerak maju bersama-sama. Bagi yang memiliki kelebihan harta benda memiliki kesadaran untuk berbagi dengan menjalankan kewajibannya melalui pemerintah.

Selanjutnya pemerintah dengan arif dan bijaksana menebarkan kebaikan secara merata sehingga semua rakyat bisa merasakan kebahagiaan. Ini adalah suatu kondisi ideal dalam tataran kehidupan bermasyarakat yang dijiwai oleh nilai-nilai  Idul Fitri.

Setidaknya ada dua syarat yang perlu ada untuk tujuan tersebut yakni pertama pemerintahan yang kuat dan berwibawa. Pemerintahan semacam ini hanya bisa terwujud jika ada dukungan kolektif yang kuat terhadap seorang kepala daerah yang memiliki komitmen kuat membangun daerahnya.

Pemimpin tersebut haruslah orang yang punya pribadi yang telah Idul Fitri dan mampu bertindak sebagai manager yang mengatur berbagai kebijakan untuk mengumpulkan semua kebajikan dari rakyatnya dan mengembalikannya dengan bijaksana kepada rakyatnya lagi secara merata.

Bukanlah kepala daerah atau pemimpin yang hanya mencari keuntungan pribadi dan menumpuk harta untuk pribadi, keluarga, kerabat, sahabat, dan kawan-kawannya sebanyak-banyaknya dengan cara memonopoli proyek-proyek pembangunan di daerah yang dipimpinnya atau cara tukar-menukar aset daerah kepada kawan-kawannya atau sahabatnya baik pribumi maupun nonpribumi, di sisi lain para staf dan wakil kepala daerah atau wakil si pemimpin tersebut tidak kenal sama sekali dengan teman-teman dari kepala daerah atau pemimpin tersebut sebelumnya.

Yang penting dapat keuntungan yang besar, karena mengeluarkan biaya sedikit pada saat pilkada atau pemilihan daerah sebagaimana prinsip ekonomi atau pedagang, akibat dari persyaratan sebagai kepala daerah bisa saja berlatar belakang macammacam seperti pedagang eceran, pemborong, pengusaha, dosen dan profesi lainnya, sebagaimana telah saya uraikan pada tulisan terdahulu.

Apabila dalam proses dan perjalanannya sebagai pemimpin, ada kekeliruan/ kesilapan atau kesalahan, yang disalahkan / disangkakan bersalah itu adalah wakilnya atau stafnya dengan cara memprofokasi atau meyakinkan dengan cara halus, lembut dan tata bahasa yang teratur kepada sebagian pemuka agama, tokoh masyarakat atau orang-orang tertentu agar bisa disebarluaskan pada pengajian-pengajian, pesta atau kalau ada orang meninggal, bahwa yang salah itu atau di persangkakan bersalah adalah wakilnya atau stafnya dan hal ini juga disampaikan kepada aparat hukum baik secara teknis maupun nonteknis, karena si kepala daerah atau si pemimpin tersebut mempunyai modal dari segala segi, aspek dan hal.

Sementara itu sang kepala daerah tersebut atau si pemimpin itu tidak bersalah dan tidak pernah merasa bersalah karena dari keturunan orang baik-baik, ulama besar, pengusaha sukses atau orang bersih dan suci. Walaupun ada beberapa orang yang tahu dan mengetahui persis bahwa si kepala daerah atau si pemimpin tersebut membangun fasilitas dagang ecerannya dengan serba wah dan mewah, lengkap pakai lift/tangga berjalan dan bahkan kalau perlu menambah kapal baru di luar daerah yang dipimpinnya.

Inilah salah satu kelemahan dari Undang-undang Pokok Pemerintah Daerah sekarang, siapa saja bisa menjadi kepala daerah atau pemimpin, asalkan populer dan mempunyai sarana dan prasarana. Sejatinya persyaratan sebagai kepala daerah atau pemimpin itu adalah di samping persyaratan formal juga nonformal yaitu memenuhi minimal salah satu dari faktor-faktor calon pemimpin antara lain;

1. Faktor gen/keturunan (dari bapak dan jelas pendidikannya).
2. Pendidikan yang jelas atau kalau sarjana/ilmuwan jelas alamat kampusnya.
3. Birokrat (pegawai negeri sipil, TNI/ Polri), politikus sejati dan pedagang sejati

Agar supaya apabila menjadi kepala daerah atau pemimpin, tidak munafik dan bertanggung jawab atas segala perbuatan, tindakan dan keputusan-keputusan yang dia perbuat, sehingga tidak menyalahkan wakilnya atau staf atau orang lain atau mencari kambing hitam, apabila terjadi kekeliruan/kesilapan atau kesalahan dalam pelaksanaan dan perjalanan sebagai kepala daerah atau pemimpin daerah.

Syarat kedua adalah munculnya kesadaran kolektif dalam masyarakat akan kesefahaman kehidupan sosial kemasyarakatan. Ini juga hanya bisa akan terwujud jika seorang manager pemerintahan mampu memberikan stimulasi bagi munculnya kesadaran tersebut. Dengan kata lain, masyarakat di suatu daerah harus sudah bisa melahirkan seorang sosok pemimpin yang benar-benar dibutuhkan untuk membawa daerahnya dalam kehidupan yang sejahtera.

Penutup
Perlu saya tekankan lagi bahwa makna Idul Fitri bukan hanya ‘perayaan’ oleh pihak tertentu saja, tetapi kebahagiaan tersebut harus dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat lintas profesi dan tingkat strata sosial. Semangat Idul Fitri merupakan modal dasar yang kuat untuk membangun bangsa dan negara kita tercinta.

Dalam kesempatan ini, izinkan saya untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 Hijriyah, Minal ‘Aidin Wal Faidzin dari dasar hati yang dalam kepada semua pembaca Harian Waspada khususnya kepada warga masyarakat kota Medan dan Sumatera Utara. Insya Allah saya dan kita semua akan memberikan pengabdian terbaik bagi kehidupan kebersamaan kita membangun kota Medan tercinta sesuai dengan profesi masingmasing.

Karena pengabdian itu tidaklah berbatas waktu, tempat, situasi dan kondisi serta bersama kita bisa membangun kesefahaman dan kesejahteraan kolektif. Insya Allah.

Kamis, 11 Agustus 2011

Malam Misteri yang Dirindui Kedatangannya

Umat Islam di seluruh dunia akan memasuki fasa ketiga pelaksanaan ibadat puasa serta amal-amal ibadat sunat yang lain pada minggu hadapan, ini bermakna sedar atau tidak, Ramadan tetap akan meninggalkan kita buat tempoh setahun.

Apa yang perlu sama-sama kita ingatkan antara satu sama lain, ialah kenangan positif yang kita kecap sepanjang berada dalam bulan Ramadan, iaitu bulan yang dipenuhi dengan segala macam keberkatan, rahmat, keampunan Ilahi serta program-program yang dapat membebaskan diri daripada api neraka.

Itulah bulan yang banyak memberi kita peluang untuk mendapatkan rahmat Allah, keampunan-Nya dari segala kesalahan yang telah kita lakukan sebelum ini, memohon kepada-Nya agar diri kita, keluarga serta anak-anak bebas daripada siksaan api neraka.
Masa yang paling sesuai untuk kita lakukan kesemua itu adalah di tengah malam, di ketika ramai manusia sedang seronok tidur dan mungkin juga sebahagian mereka sedang menonton rancangan kesukaan mereka, kerana pada waktu itu suasana hening menyelubungi manusia, justeru waktu itu juga amat berkesan untuk menyatakan rasa hati kepada Maha Pencipta.

Apatah lagi pada malam akhir-akhir di bulan Ramadan, terdapat satu malam yang disebut oleh Allah SWT dengan jelas sebutan namanya yang mulia dalam satu surah yang pendek, malam yang diturunkan padanya kitab suci al-Quran sebagai petunjuk kepada manusia menuju jalan kebenaran dan keselamatan di dunia dan akhirat, iaitulah malam yang sangat dikenali dengan Lailatul Qadr - atau diterjemahkan sebagai malam takdir.


Dalam al-Quran, Allah SWT berfirman yang bermaksud:
   "Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar, Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!"

(Quran, Al-Qadr 97: 1-5)
Berdasarkan ayat di atas dapat dilihat bahawa malam al-Qadar disebut juga dengan malam yang penuh keberkatan. Sebab pada malam itu Allah mencucuri pelbagai rahmat, keampunan dan keberkatan kepada orang yang beramal dengan khusyuk dan berdoa dengan penuh keikhlasan.
Kepada mereka Allah memberikan ganjaran kebaikan yang sama nilainya dengan beramal seribu bulan. Firman Allah bermaksud:

"Malam al-Qadar itu itu lebih baik daripada seribu bulan"

(Surah al-Qadr, ayat 3).

Sebab-sebab Allah adakan Lailatul Qadr

Allah SWT Taala yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, amat menyayangi hamba-Nya yang taat beribadat kepada-Nya, ia tidak lain adalah untuk menganugerahkan kepadanya pahala-pahal yang banyak, supaya dengannya dia akan dapat masuk syurga.
Terdapat beberapa pandangan ulama yang menyebut bahawa, Allah SWT mempunyai sebab kenapa Dia mengadakan Lailatul Qadr buat umat Nabi Muhammad s.a.w antara lain;

Menurut Imam Malik, Rasulullah melihat bahawa umur umatnya tidak sepanjang umat sebelum mereka, baginda bermohon kepada Allah memberikan peluang di mana umatnya supaya dapat beramal dengan yang nilainya sama dengan amalan umat sebelum mereka.

Sementara Imam al-Qurtubi pula berpendapat, Rasulullah diperlihatkan kepadanya usia umat terdahulu, maka Baginda berasa usia umatnya terlalu pendek hingga tidak mungkin dapat mencapai amal seperti yang diraih oleh umat terdahulu yang usianya panjang. Purata usia umat Muhammad antara 60 hingga 70 tahun menurut maksud satu hadis Rasulullah. Sebab itu Allah menawarkan malam al-Qadar yang mempunyai nilai pahala seribu bulan kepada Rasulullah, para sahabat malah kepada seluruh umat baginda s.a.w.


Justeru, malam al-Qadar adalah satu kurniaan Ilahi yang dianugerahkan oleh Allah kepada Rasulullah dan umatnya sebagai tanda kasih sayang dan rahmat-Nya yang menyeluruh. Amal kebajikan seseorang hamba Allah pada malam itu adalah lebih baik daripada amal kebajikan selama seribu bulan atau menurut ulama sebagai 83 tahun empat bulan.


Dorongan Nabi supaya umatnya terus beribadat pada malam tersebut

Kerana keutamaan ini, Rasulullah menganjurkan umatnya agar mencari dan seterusnya mendapatkan malam al-Qadar yang penuh keberkatan itu. Dalam hal ini, Rasulullah perlu dijadikan ikutan yang menampilkan teladan terpuji dalam menghidupkan malam terakhir Ramadan.
Ini dilakukan dengan melaksanakan iktikaf, membangunkan keluarga agar lebih meningkatkan amalan ibadat pada malam hari dan tidak mendekati isterinya dengan tujuan memperbanyakkan amal ibadat di masjid seperti solat tahajud, Witir, solat Tarawih, membaca dan tadarus al-Quran serta berzikir kepada Allah dan amalan solih lain yang dianjurkanIslam.


Rasulullah sentiasa memanjatkan doa ke hadrat Ilahi. Antara yang sering Baginda baca ialah doa maksudnya: "Wahai Tuhan kami! Anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan juga kebajikan di akhirat serta peliharakanlah kami daripada seksaan api neraka yang pedih."


Doa yang dilafazkan itu bukan sekadar satu permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan akhirat, malah untuk memantapkan langkah dan kesungguhan agar dapat meraih kebajikan yang dijanjikan Allah. Ini kerana doa itu sendiri membawa maksud satu permohonan yang penuh tulus dan pengharapan, di samping disusuli dengan usaha melipatgandakan amal ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah.

Selain itu, setiap Muslim dianjurkan bertaubat dan memohon ampun kepada Allah daripada sebarang kesalahan dan dosa selama ini. Setiap manusia tidak terlepas daripada kealpaan dan seterusnya melakukan kesalahan yang dilarang Allah. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda maksudnya:
              Setiap anak Adam tidak akan terlepas daripada melakukan dosa dan sebaik-baik orang daripada kalangan yang berdosa itu ialah yang bertaubat kepada Allah.

(Hadis riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah)
Berdasarkan permohonan inilah maka Allah menurunkan Lailatul Qadar.

Hikmah dirahsiakan kehadirannya

Sesungguhnya ayat al-Quran yang menceritakan tentang masa berlaku Lailatul Qadr, tidak dijelaskan secara jelas, kerana ia bertujuan agar manusia tidak hanya tertumpu pada satu malam sahaja jika mereka tahu malam tersebut, justeru ia dirahsiakan agar mereka menghidupkan setiap malam terakhir Ramadan dengan amalan-amalan yang pernah dilakukan oleh baginda, para sahabat dan para solihin terdahulu.
Syeikh Muhammad Abduh berpendapat bahawa sebab malam itu diturunkan kepada umat Muhamad kerana Qadar itu bermakna ketentuan atau takdir. Pada malam itu Allah mula mentakdirkan agama-Nya dan memerintahkan nabi-Nya untuk menyeru manusia kepada agama yang melepaskan mereka daripada segala kehancuran dan kerosakan.

Pendapat Syeikh Muhammad Abduh ini berdasarkan kenyataan bahawa al-Quran pertama kali diturunkan pada malam al-Qadar. Turunnya al-Quran pada dasarnya adalah watikah pelantikan Muhammad sebagai nabi dan rasul yang bertanggungjawab menyampaikan risalah Islam. Begitu juga dalam mengubah corak hidup manusia daripada alam jahiliah kepada suasana Islam. Ertinya malam al-Qadar itu adalah malam disyariatkan Islam kepada umat Nabi Muhammad sebagai agama penyelamat untuk seluruh alam.


Ada ulama lain yang menyatakan bahawa penyebab dikatakan dengan malam al-Qadar kerana pada malam itu Allah menetapkan takdir setiap makhluk baik berupa rezeki, umur atau sakit atau sihatnya seseorang untuk jangka masa setahun, iaitu dari malam al-Qadar tahun ini hingga ke malam al-Qadar tahun depan.


Mengenai jatuhnya malam al-Qadar, ulama berbeza pendapat mengenainya. Imam Nawawi berkata bahawa sebahagian ulama menyatakan malam itu bergilir dari tahun ke tahun. Ertinya apabila pada tahun ini berlaku pada malam 29 Ramadan, maka tahun akan datang datang pada malam berbeza.


Hal sama dikatakan oleh Ibn Hazm bahawa Lailatul Qadar itu ada kalanya pada malam 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadan.


Sementara menurut jumhur ulama, Lailatul Qadar berlaku pada malam yang sama pada setiap Ramadan iaitu pada malam 27 Ramadan. Ini berdasarkan hadis Rasulullah daripada Ubai bin Ka'ab yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan hadis dari Mu'awiyah yang diriwayatkan Abu Dawud. "Saya mendengar Rasulullah bersabda carilah Lailatul Qadar itu pada malam 27."


Sebahagian sahabat dan ulama mencuba menentukan Lailatul Qadar dengan cara lain, iaitu menggunakan rumusan tertentu.


Ibnu Abbas berkata bahawa surah al-Qadr itu terdiri daripada 30 kalimah. Kata salamum hiya (selamat sejahteralah malam itu) berada pada kalimah yang ke-27. Oleh itu Ibnu Abbas menyatakan bahawa malam al-Qadar berlaku pada malam ke-27.


Sementara sebahagian ulama menyatakan bahawa kalimat Lailatul Qadr terdiri daripada sembilan huruf. Dalam surah al-Qadr kata-kata Lailatul Qadr itu diulang-ulang sebanyak tiga kali. Maka sembilan darab tiga adalah 27. Maknanya Lailatul Qadar itu berlaku pada malam 27.


Sementara ulama lain seperti Ahmad Marzuk dan Ibnu Arabi berpendapat bahawa Lailatul Qadar itu berlaku pada malam Jumaat ganjil pada 10 malam terakhir Ramadan.

Namun dalil yang paling kuat mengenai Lailatul Qadar adalah hadis daripada Aishah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari."Carilah sedaya-upaya kamu Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam ganjil pada akhir Ramadan."

Perbezaan pendapat sahabat dan ulama ini sebenarnya adalah satu kenyataan bahawa tidak ada satu dalil jelas yang menunjukkan bila malam ini berlaku. Tetapi sahabat dan ulama bersepakat dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Aishah tadi bahawa malam itu berlaku pada sepuluh malam ganjil akhir Ramadan.


Menurut Prof Wahbah al-Zuhayli, sebab dirahsiakan Lailatul Qadar supaya umat Islam sentiasa berusaha beribadah pada setiap malam Ramadan tanpa menumpukan pada satu malam saja. Ini kerana setiap malam pada Ramadan memiliki hikmah dan rahsia tersendiri.

Tanda-tanda berlakunya Lailatul Qadr

Di antara tanda yang sempat terlihat pada masa Nabi s.a.w adalah bahwasanya ketika baginda bersujud di waktu Subuh di atas tanah yang dibasahi dengan air, ertinya bahawa pada malam itu turun hujan sehingga baginda sujud di atas tanah yang berair.
Lailatul Qadr adalah malam dibukanya seluruh pintu kebaikan, didekatkannya para kekasih Allah, didengarkannya permohonan dan dijawabnya segala doa, amal kebaikan pada malam itu ditulis dengan pahala sebesar besarnya, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Maka hendaknya kita berusaha untuk mencarinya dengan bersungguh-sungguh.


Malam itu tenang dan hening, keadaannya tidak dingin dan tidak panas; siangnya pula memancarkan cahaya matahari yang warnanya pucat; pada malam itu juga malaikat Jibril akan menyelami orang yang beribadat pada malam itu dan secara tiba-tiba kita akan rasa sangat sayu dan kemudiannya menangis teresak-esak.


Ada pendapat yang berkata, bahawa orang yang menemui lailatul qadar akan melihat nur yang terang benderang di segenap tempat hingga keseluruhan ceruk yang gelap gelita.
Ada pula menyatakan bahawa kedengaran ucapan salam dan kata-kata yang lain daripada malaikat.

Ada juga yang melihat segala benda termasuk pohon-pohon kayu rebah sujud.

Ada yang berkata doa permohonannya makbul.
Fokus umat pada malam tersebut

Lailatul Qadr seperti yang dijelaskan di atas, adalah masa yang paling sesuai untuk mengajukan segala permohonan kepada Allah SWT, apa yang perlu dilakukan pada malam tersebut ialah dengan perkara-perkara berikut:
Menghayati malam tersebut dengan ibadah.

Beriman dengan yakin bahawa malam lailatul qadar itu adalah benar dan dituntut menghayatinya dengan amal ibadah.

Amal ibadah itu dikerjakan kerana Allah semata-mata dengan mengharapkan rahmat dan keredhaanNya.
Kesimpulan, persoalan bila sebenarnya berlakunya Lailatul Qadr, hanya Allah SWT sahaja yang tahu.

Apa yang telah dinyatakan kepada kita melalui hadis-hadis Nabi s.a.w ialah tanda-tanda dan juga malam-malam yang kemungkinan berlakunya Malam al-Qadr.

Berdasarkan hadis Nabi s.a.w menghidupkan 10 malam terakhir dengan beriktikaf, ramai di kalangan ulama' cenderung mengatakan bahawa malam tersebut kemungkinan besar akan berlakunya Malam al-Qadr.

Mengenai cerita pelik yang berlaku, usahlah dijadikan pegangan, oleh kerana para sahabat juga mencari Malam Al-Qadr dengan berdasarkan tanda-tanda yang telah Nabi saw ceritakan kepada mereka. Malah, tidak terdapat sebarang periwayatan mengenai apa yang telah dilihat oleh para sahabat. Maka tidak melihat, tidak bermakna tidak mendapat ganjaran Malam al-Qadr!

Fikir masalah umat ketika sedang beritikaf adalah ibadat

Bukan sahaja melakukan ibadat qiyamullail itu dikira sebagai satu amal ibadat yang baik di sisi Allah SWT, malah memikirkan sesuatu khususnya mengenai masalah yang melanda umat Islam hari ini juga dikira sebagai ibadat yang besar, apatah lagi ketika menjalani proses beri’tikaf dalam masjid pada malam-malam terakhir Ramadan.

Lebih-lebih lagi masalah umat secara global, sama ada keruntuhan moral, perilaku, akhlak di kalangan remaja lelaki mahupun perempuan, masalah krisis keyakinan terhadap Islam di kalangan mereka yang mempunyai profil tinggi dan lain-lain, kesemua itu dapat ditangani jika masing-masing memainkan peranan sebagai hamba Allah yang mempunyai jati diri sebagai orang yang bertakwa seperti yang dituntut dalam ayat mengenai matlamat pelaksanaan ibadat puasa.


Fadilat Lailatul Qadr

Mungkin terdapat sesetengah orang menyangka bahawa mendirikan Qiyamullail pada disepertiga (1/3) malam iaitu dengan hanya bersolat Tarawih (Qiyam Ramadan) berjemaah pada awal malam, iaitu selepas Solat Ba'diyah Isya'. Apakah orang seperti ini mendapat ganjaran atau pahala seperti mereka yang bersolat di malam Al-Qadr (sekiranya berlaku Lailatul Qadr pada malam tersebut)?
Berkata Muhaddis terkenal, Sheikh Nasyirudin Al-Albani (didalam buku Risalah Qiyam Ramadan) :

"Sebaik-baik malam ialah Malam Al-Qadr, kerana baginda s.a.w bersabda :'Barangsiapa    yang berqiyam pada Malam Al-Qadr (berjaya mendapatkannya) dengan keimanan dan pengharapan, telah diampunkan dosa-dosa yang telah lalu'

[Hadith riwayat kedua Sheikh dari hadith Abu Hurairah, Ahmad 5/318].
Sementara Sheikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi menceritakan mengenai syarat beramal pada malam Al-Qadr, katanya :"Membawa kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang Islam pada malam tersebut ialah : bersolat Isya' berjemaah, Solat subuh berjemaah dan pada malamnya mendirikan qiyamullail.

Di dalam Sahih diriwayatkan bahawa Nabi bersabda :

          "Barangsiapa yang bersolat Isya' berjemaah, seolah-olah ia berqiam di separuh malam,  dan barangsiapa yang bersolat subuh berjemaah, seolah-olah ia bersolat disepanjang malam tersebut.
(Riwayat Ahmad, Muslim dan lafaznya, dari hadis Osman, Sahih Jami' Saghir - 6341).

Dan tujuannya ialah : Barangsiapa yang bersolat Subuh dengan tambahan-tambahan di dalam waktu Isya', adalah sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Hadis Abu Daud dan Tirmizi :

"Barangsiapa yang solat Isya' berjemaah bagaikan berqiyam separuh malam,dan barangsiapa bersolat Isya' dan Fajar bagaikan ia berqiyam sepenuh malam
(sumber yang sama - 6342)."

Semoga tahun ini kita mendapat rezeki untuk bertemu dengan Lailatul Qadr, iaitu satu malam yang penuh dengan misteri, supaya pahala amalan kita dilipat gandakan oleh Allah dan dikira sebagai amal-amal yang soleh, InsyaAllah.
Oleh: Wan Ct Eyesyah

Sabtu, 06 Agustus 2011

KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QADAR TANDA-TANDA DATANGNYA LAILATUL QODAR

Diantara kita mungkin pernah mendengar TANDA-TANDA MALAM LAILATUL QADAR yang telah tersebar di masyarakat luas. Sebagian kaum muslimin awam memiliki beragam khurofat dan keyakinan bathil seputar tanda-tanda lailatul qadar, diantaranya : pohon sujud, bangunan-bangunan tidur, air tawar berubah asin, anjing-anjing tidak menggonggong, dan beberapa tanda yang jelas bathil dan rusak. Maka dalam masalah ini keyakinan tersebut tidak boleh diyakini kecuali berdasarkan atas dalil, sedangkan tanda-tanda di atas sudah jelas kebathilannya karena tidak adanya dalil baik dari al-Quran ataupun hadist yang mendukungnya. Lalu bagaimanakah tanda datangnya malam Lailatul Qadar yang benar berkenaan dengan malam yang mulia ini ?
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah mengabarkan kita di beberapa sabda beliau tentang tanda-tandanya, yaitu:
1. Udara dan suasana pagi yang tenang
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist hasan)
2. Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya
Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
3. Terkadang terbawa dalam mimpi
Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
4. Bulan nampak separuh bulatan
Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau berkata :
“Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
5. Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)
Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam :
“Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Wallahua’lam

8 Keutamaan Ramadhan

Dalam duabelas bulan selama satu tahun, bulan kesembilan, bulan Ramadhan, adalah bulan yang sangat utama. Bulan penghulu segala bulan. Rasulullah saw. pernha bersabda, “Bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan dan hari yang paling utama adalah hari Jumat.”
Rasulullah saw. kemudian melanjutkannya, “Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah. Pada bulan itu, Allah Swt. memberikan naungan-Nya kepada kalian. Diturunkan-Nya rahmat, dihapuskan-Nya kesalahan-kesalahan (dosa-dosa), dan dikabulkan-Nya doa pada bulan itu. Allah Swt. akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah Swt. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat rahmat Allah Swt.” (HR. Ath-Thabrani)
Dan inilah 8 (delapan) keutamaan bulan Ramadhan itu.
Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyah untuk mencapai takwa. Melaksanakan shaum Ramadhan hukumnya adalah fardhu ‘ain yang bertujuan menyempurnakan ketakwaan.
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran. “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia.” (QS. Al-Baqarah, 2: 185)
Bulan Ramadhan adalah bulan ampunan dosa. “Barang siapa yang melakukan ibadah pada malam hari bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan ridha Allah, dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Bulan Ramadhan adalah bulan dilipatgandakannya amal saleh. “Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Alalh dengan satu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bulan Ramadhan adalah bulan sabar. Surga adalah balasan bagi orang yang sabar. Khusus bagi yang berpuasa, disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Surga.
Bulan Ramadhan adalah bulan ditambahkannya rezeki orang Mukmin. Barang siapa yang memberikan untuk berbuka kepasa seorang yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosa-dosanya, dirinya dibebaskan dari neraka, dan dia mendapat pahala sebesar pahala yang didapat orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang tersebut.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang pada awalnya terdapat rahmat, pada tengahnya terdapat ampunan, dan pada akhirnya terdapat pembebasandari neraka. “Apabila masuk bulan Ramadhan dibuka pintu rahmat (kasih sayang) dan ditutup pintu jahanam dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Ahmad)
Bulan Ramadhan memiliki satu malam yang keutamaan beramal di dalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan pada bulan lain, yakni malam Lailatul Qadar.[]

AMANAH

Kalau orang mau memperhatikan syariat Islam dan seluruh ajarannya, maka dia akan mendapati bahwa keseluruhannya tidak lain adalah untuk mashlahat dan kebahagiaan manusia. Salah satu perilaku dan pengajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah, yang ini merupakan perbendaharaan agama Islam, kekayaan yang sangat mendasar dan bahkan agama itu merupakan amanah.

Ada tiga kata sepadan yang semuanya dibentuk dari huruf alif, mim dan nun, ketiganya memiliki hubungan yang erat, yaitu aman, amanah dan iman dan makna ketiganya hampir serupa yaitu menunjukkan kepada ketenangan atau tuma’ninah. Amanah menunjukkan pada kepercayaan, dan kepercayaan adalah ketenangan, sedang aman adalah hilangnya rasa takut dan ini juga berarti ketenangan, kemudian iman bermakna pembenaran dan ketetapan (iqrar) serta amal perbuatan, yang didalamnya terdapat pula ketenangan.

Oleh karena itu Allah menyebut hamba-Nya dengan sebutan mukmin karena hanya orang mukmin saja yang dapat memelihara amanat Allah, menunaikan serta memegangnya dengan erat, sebagaimana difirmankan oleh Allah, artinya,
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, (QS. 23:8)

Dalam konteks perilaku kehidupan sehari-hari amanah memilki arti tumbuhnya sikap untuk memelihara dan menjaga apa saja yang menjadi perjanjian atau tanggungan manusia berupa benda nyata atau yang bersifat maknawi. Hal ini seperti yang ditunjukkan di dalam sabda nabi saw, â€Ĺ“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya.”

Maka amanah memiliki makna yang sangat luas yang mencakup seluruh hubungan muamalah dan hak-hak pihak lain yang harus ditunaikan.

Maka secara garis besar amanah terbagi menjadi tiga bagian:

1.Ă‚ Amanah dalam Menunaikan Hak-hak Allah Azza wa Jalla.
Yaitu dengan menauhidkan-Nya, mengesakan-Nya di dalam beribadah, mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang, semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Ini merupakan amanah yang terbesar, yang setiap hamba wajib melaksanakannya pertama kali sebelum amanah-amanah yang lain. Dan darinya akan muncul seluruh bentuk amanah yang lain.

2.Ă‚ Amanah dalam Nikmat yang Diberikan Allah.
Seperti nikmat pendengaran, penglihatan, pemeliharaan, harta dan anak-anak. Juga amanah badan dan segala isinya, kepala dan kemampuan otaknya untuk berfikir. Maka setiap mukallaf wajib menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai fungsinya yang Allah ciptakan dan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah.

Apabila anggota badan, kesehatan, harta dan seluruh nikmat yang kita terima digunakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, maka berarti kita telah merealisasikan amanah serta menunaikan sesuai tuntutannya.

Dan sebagai balasannya maka Allah akan menjaga dan memelihara orang yang berbuat demikian dan juga menjaga nikmat tersebut. Nabi saw bersabda, artinya, â€Ĺ“Jagalah Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah Allah maka dia akan kau dapati dihadapanmu.”

Seorang salaf berkata, â€Ĺ“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka dia telah menjaga dirinya sendiri, dan barang siapa menyia-nyiakan ketakwaan kepada-Nya maka berarti dia menyia-nyiakan dirinya sendiri, sedangkan Allah tidak pernah membutuhkannya.”

Oleh karenanya siapa saja yang menunaikan amanah dalam menjaga batasan-batasan Allah serta memelihara hak-hak Nya, baik yang berkaitan dengan dirinya atau apa yang diberikan oleh Allah berupa nikmat, harta dan sebagainya maka Allah akan menjaganya untuk kebaikan agama dan dunianya. Sebab balasan itu sesuai dengan amal usaha seseorang sebagaimana firman Allah swt, ”Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS. 2:40)

â€Ĺ“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. 47:7)

3.Ă‚ Amanah dalam Menunaikan Hak Sesama Manusia

Seperti titipan, harta, rahasia, aib dan kehormatan dan lain sebagainya. Al Qur’an telah menyebutkan tentang keutamaan sifat amanah dalam banyak ayat, yang sekaligus menganjurkan kepada kita untuk memelihara dan menjaganya. Diantaranya adalah firman Allah, artinya, â€Ĺ“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, Juga firman Allah yang menyebutkan sifat-sifat orang mukmin yang berhak mendapatkan surga Firdaus Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat” (yang dipikulnya) dan janjinya, (QS. 23:8)

Berkaitan dengan amanah ada sebuah ayat yang sangat mulia yang menceritakan tentang tawaran Allah kepada langit , bumi dan gunung untuk memikul amanah, namun mereka semua enggan karena merasa tidak mampu, lalu amanah tersebut dipikul oleh manusia. Allah swt berfirman, â€Ĺ“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS. 33:72)

Dalam ayat ini terkandung penjelasan tentang beratnya amanah dan beban yang harus ditanggung oleh manusia, dimana langit, bumi dan gunung sebagai makhluk Allah yang perkasa dan kuat merasa lemah dan enggan untuk memikul amanah itu, takut dan khawatir jikalau tidak sanggup menunaikannya.

Akan tetapi manusia menawarkan diri untuk memikul amanah tersebut,dan dengan itu manusia berarti telah berlaku zhalim terhadap diri sendiri, sekaligus telah bersikap bodoh terhadap berbagai konskwensi yang begitu banyak dari amanah itu, berupa kerja keras sehingga tidak menjadikannya terjerumus ke dalam siksa.

Oleh karenanya siapa saja yang menerima amanah ini, menjaganya serta menunaikan hak-haknya maka dia mendapatkan kemenangan dan pahala yang besar. Dan barang siapa yang menyia-nyiakannya, menelantarkan hak-haknya maka dia akan merugi dan mendapatkan siksa. Maka dalam lanjutan ayat Allah menjelaskan tiga golongan manusia dalam menunaikan amanah tersebut, yaitu munafik, musyrik dan mukmin.

â€Ĺ“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 33:73)

Orang musyrik menyia-nyiakan amanah secara lahir dan batin, orang munafik menyia-nyiakan amanah secara batin meskipun secara lahirnya terlihat menunaikan amanah sedangkan orang mukmin menjaga amanah Allah secara lahir dan batin.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan tentang kengganan langit, bumi dan gunung, yang berbeda dengan keengganan iblis ketika diperintahkan sujud terhada Adam as. Perbedaanya adalah bahwa keengganan langit, bumi dan gunung adalah timbul dari kelemahan dan ketidakmampuan sedangkan keengganan iblis karena menolak dan takabbur (sombong). Hal yang kedua adalah bahwa yang disampaikan kepada langit,bumi dan gunung adalah tawaran yang disitu ada pilihan sedangkan yang disampaikan kepada iblis adalah perintah wajib yang harus, tidak ada pilihan lain selain patuh.

Beberapa Pelajaran Seputar Amanah

â€¢Ă‚ Amanah adalah akhlak yang bersifat utuh, tidak bisa hanya dilaksanakan sebagiannya saja. Maka orang yang amanah terhadap yang sedikit dan berkhianat terhadap yang banyak dia adalah khianah. Orang yang amanah dalam satu kondisi lalu berkhianat dalam kondisi yang lain maka berarti tidak amanah.

â€¢Ă‚ Amanah adalah akhlak dan ciri keimanan. Dengan pendidikan keimanan dia akan menjadi baik dan bersih yaitu dengan menumbuhkan rasa kedekatan Allah, yang tak satupun tersembunyi di hadapan Allah, serta takut ketika ditanya di hadapan Allah. Orang yang amanah hanya ketika ada orang lain berarti dia belum merealisasikan amanah.

â€¢Ă‚ Amanah adalah bekal paling besar dan paling baik yang dimiliki seseorang, jika seseorang terpercaya di dalam amanahnya maka itu merupakan kekayaan di dunia sebelum nanti di akhirat.

â€¢Ă‚ Amanah adalah kekuatan, dalam pengaruh dan kekuasaan, kemuliaan dan kecukupan, bahkan merupakan kekuatan jiwa sehingga tidak lemah dan tunduk terhadap hawa nafsu dan segala yang membawa kepada kebinasaan.

â€¢Ă‚ Lawan amanah adalah khianah yaitu meninggalkan dan menyembunyikan yang hak dan yang seharusya disampaikan. Dan ini merupakan karakter utama orang munafik sebagaimana di dalam hadits yang masyhur, Nabi saw bersabda, artinya, â€Ĺ“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, â€Ĺ“Jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat.”

Macam-macam Khianat

Allah swt berfirman, artinya, ”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu, mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. 8:27

Berdasar ayat ini, khianat ada tiga macam:
1.Ă‚ Khianat terhadap hak-hak Allah swt, yang paling besar adalah kufur dan syirik kemudian setelah itu disusul dengan fusuq (kefasikan) dan ‘ishyan (kemaksiatan) .Tauhid,shalat, puasa, ikhlas,zakat, ruku’,sujud,mandi janabah adalah contoh amanat seorang hamba di hadapan Allah swt, yang harus ditunaikan dengan benar dan tidak boleh dikhianati.
2. Khianat terhadap hak-hak Rasul saw, yaitu dengan meremehkan sunnah-sunnah dan pengajarannya, ghuluw (berlebihan) di dalam mengagungkan beliau, meninggalkan sunnah dan melakukan bid’ah atau membuat hal-hal baru di dalam agama padahal tidak pernah diajarkan oleh beliau saw.
3.Ă‚ Khianat terhadap hak-hak sesama manusia, seperti khianat di dalam harta, kehormatan atau nasihat terhadap mereka. Amanah terhadap sesama manusia amat banyak, diantaranya adalah amanat anak,orang tua, kerabat,suami- istri, tetangga,amanah dalam jual beli, berbicara, pekerjaan, ilmu, nasihat, dan lain sebagainya.

Semoga Allah menolong kita semua untuk dapat melaksanakan amanah kehidupan ini, amin. Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber: ”Al-Amanah, mafhumuha,shuwaruha ,tsamaratuha.” Asma’ binti Rasyid ar- Ruwaisyid.

Rabu, 03 Agustus 2011

AYAT AYAT YANG MEWAJIBKAN PUASA RAMADHAN

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa “( QS Al-Baqarah : 183 ).

1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu `Ain
2. Puasa Ramadhan disyari’atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan

DIANTARA KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL PADA BULAN RAMADHAN

adapun diantara keutamaan bulan ramadhan adalah
1. Bulan Ramadhan adalah:
a. Bulan yang penuh Barakah.
b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma’shiyat agar menahan diri.

2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :

a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa’t.
c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah.

rukun - RUKUN PUASA

a. Berniat sejak malam hari, biasanya dilakukan setelah shalat tarawih
b. Menahan makan, minum, koitus (Jima’) dengan istri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib),

Wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.

KERINGANAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN

Orang Mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.

Orang Mu’min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena :
a). Umurnya sangat tua dan lemah.
b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan.

Adapun HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA adalah

a. Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa.
b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa.
c. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
d. Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib)

HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN pada WAKTU IBADAH PUASA

a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
b. Menta’khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh.
c. Berbekam pada siang hari.
d. Mencium, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari (hukumnya makruh)
e. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya.
f. Disuntik di siang hari.
g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.

ADAB-ADAB DALAM PUASA RAMADHAN
1. Berbuka SECEPATNYA apabila sudah masuk waktu Maghrib.
Sunnah berbuka adalah sbb :
a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti rutob (kurma muda), kurma dan air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat.
b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu.
c. Setelah berbuka berdo’a dengan do’a sbb : Artinya : “Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah.”

2. Makan sahur. Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh.
b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh.

3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur’an
4. Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama’ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir (20 hb. sampai akhir Ramadhan). Cara shalat Tarawih adalah :
a. Dengan berjama’ah.
b. Salam tiap dua raka’at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka’at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka’at.
c. Dibuka dengan dua raka’at yang ringan.
d. Bacaan dalam witir : Raka’at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka’t kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka’at ketiga : Qulhuwallahu ahad.
e. Membaca do’a qunut dalam shalat witir.

5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada pengampunan maka ampunilah aku.
6. Mengerjakan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir.
7. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran.

Cara i’tikaf:
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i’tikaf di masjid.
b. Tidak keluar dari tempat i’tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak.
c. Tidak mencampuri istri dimasa i’tikaf.

Keajaiban Kurma untuk Puasa

Puasa bukan hanya kegiatan yang harus dilakukan untuk memenuhi kewajiban keagamaan. Di luar tujuan rohani, puasa juga dapat menjaga kesehatan apabila dilakukan dengan benar, misalnya mengatur pola makan. Dengan menurunkan porsi makanan berat, puasa Sebetulnya baik bagi lambung karena waktu makan lebih teratur, dan jenis makanan lebih terstruktur.

Hal ini disampaikan Achmad Chodjim, seorang penceramah yang biasa memberikan tausiyah pada beberapa eventkeagamaan. “Padatnya pekerjaan membuat kita tertekan. Ditambah lagi perut yang lapar, membuat puasa semakin terasa berat dan timbul rasa malas. Padahal, kalau semuanya diatur, kita tidak akan merasa depresi saat berpuasa,” ujar Achmad, saat talkshow mengenai keajaiban puasa yang diadakan oleh Bard Valley Medjool Dates di Tirtayu Healing Center, Jakarta, Sabtu (23/7/2011) lalu.

Pertama-tama yang harus dilakukan menurut Achmad adalah tidak menganggap pekerjaan sebagai beban. “Saat berpuasa, beraktivitas seperti biasa. Jangan merasa sedang berpuasa sehingga tidak ada bedanya bekerja sambil puasa atau tidak puasa. Lalu, perlu diingat bahwa yang sedang berpuasa adalah kita, bukan orang lain. Jadi biarkan saja teman-teman kantor yang tidak berpuasa, makan di depan kita. Atau kalau harus meeting di luar kantor dan itu di tempat makan, tidak perlu protes,” jelas Achmad.

Menurutnya, saat berpuasa kita harus kuat dengan godaan. Kalau memang sudah niat, kita tidak perlu meminta orang lain ikut-ikutan puasa untuk menghargai kita. Justru kita yang harus menghargai mereka yang tidak berpuasa, dengan tidak membiarkan mereka kelaparan. Kelak kita akan terbiasa berpuasa dalam keadaan apapun, tanpa merasa depresi.

Achmad menambahkan, puasa sebetulnya hanya mengubah jam makan dari siang menjadi malam. Oleh karena itu, porsi makan ketika berbuka puasa juga tidak boleh berlebihan karena lambung akan mengalami kejutan sehingga bekerja lebih keras.

“Sebaiknya berbuka dengan yang manis, salah satu contohnya adalah kurma. Makan dua sampai tiga butir kurma dan air putih cukup untuk berbuka untuk mengantarkan perut yang kosong agar siap menerima makanan berat,” ungkap penulis sejumlah buku tentang spiritualitas ini.

Menurutnya kurma dapat menetralisasi lambung dan membantu proses detoksifikasi setelah sehari penuh berpuasa. “Setelah makan kurma dan minum air putih, Anda  bisa sholat magrib dulu, bahkan bisa menunda makan sampai selesai sholat tarawih,” tambahnya.

Setelah itu, silakan mengonsumsi makanan berat dengan mengurangi karbohidrat. Sebab, meski kandungannya sedikit, namun karbohidrat memiliki ampas yang banyak. Memaksa mengonsumsi makanan yang berat dari segi karbohidrat akan membuat Anda merasa mengantuk setelah sahur dan berbuka, karena perut yang kosong dipaksa mengolah makanan-makanan berat.

Mengurangi porsi makanan berat, terutama karbohidrat, juga dapat membantu lambung bekerja lebih baik saat berpuasa. Selain itu, mengkonsumsi gula alami dari buah-buahan terutama kurma, dapat menambah daya tahan tubuh dan membantu masa penyembuhan setelah sakit.

Achmad  mengungkapkan bagaimana orang-orang di daerah Timur Tengah yang gersang dapat menahan lapar dan haus dalam kehidupan sehari-hari karena kebiasaan mereka mengonsumsi kurma. “Di Arab, air minum itu langka. Maka masyarakat banyak mengonsumsi kurma untuk menghilangkan haus sekaligus lapar,” jelasnya.

Untuk menetralisasi lidah setelah berpuasa, orang gemar minum sirup. Namun, Achmad menyarankan untuk mengonsumsi kolak saja. Banyak iklan minuman sirup saat bulan Ramadan menurutnya kurang tepat, karena sirup tidak baik diminum setelah berbuka. Sesekali memang tidak  apa-apa, tetapi kalau manisnya berlebihan dan diminum terus-menerus, sirup bisa merusak metabolisme tubuh.

Lagipula, kini kurma juga tak hanya bisa dikonsumsi sebagai buah biasa. Sudah banyak jenis kue yang terbuat dari kurma dan dijual di toko-toko kue atau pusat penjualan kurma.        Mengonsumsi kue-kue yang terbuat dari kurma juga bisa dipilih untuk berbuka dengan makanan ringan tetapi sehat.****

Oleh Tenni Purwanti


Senin, 01 Agustus 2011

Kontradiksi dalam Memaknai Ramadhan

 Bulan Ramadhan tiba, ditandai dengan kenaikan harga-harga, semua orang resah. Bulan Ramadhan seharusnya disambut dengan penuh kegembiraan telah bergeser menjadi bulan kecemasan karena kenaikan harga. Hasil riset Retail Measurement Services Nielsen menyebutkan bahwa tingkat konsumsi atau belanja barang masyarakat merangkak naik setiap bulan puasa dengan rata-rata kenaikan mencapai 16 persen per tahun.
Ini tentu aneh, karena selama bulan Ramadhan masyarakat seharusnya mengurangi pola konsumsi karena aktivitas puasa di siang hari. Sehingga dengan adanya aktivitas tersebut, secara logika tingkat konsumsi dan belanja barang, terutama bahan makanan harusnya menjadi turun. Jika ada yang berdalih bahwa bahan makanan "ditumpuk" untuk berbuka puasa dan sahur, ini juga kontradiksi.

QS Al A’raf : 31 mengajarkan umat Islam untuk tidak berlebihan saat makan, apalagi di bulan Ramadhan. Melihat kontradiksi ini pula, saya sepakat dengan Prof. Didik J Rachbini yang menulis artikel "Paradoks Ramadhan, Antara Praktik Fikih dan Ekonomi", yang mengkritik kebiasaan masyarakat yang justru cenderung lebih konsumtif selama Ramadhan dan Idul Fitri.

Menurut Prof. Didik, ada pertanyaan, mengapa pada Ramadhan konsumsi justru naik? Padahal, pada siang hari selama bulan itu, umat Islam harus menahan diri dari (di antaranya) makan dan minum. Artinya, frekuensi dan jumlah makanan yang dikonsumsi semestinya berkurang. Tetapi, dalam kenyataan terjadi sebaliknya. Konsumsi justru meningkat. Peningkatan konsumsi lebih banyak lagi menjelang dan beberapa hari sesudah Idul Fitri.

Dengan tingkat konsumsi yang meningkat itu, hukum ekonomi berjalan, harga-harga kebutuhan pokok merangkak naik. Itu dikeluhkan ibu-ibu yang berbelanja di pasar (dan keluhan semua orang juga). Mengapa kejadian tersebut selalu berulang setiap tahun tanpa ada pencegahan awal yang sigap dari pemerintah. 

Kontradiksi muncul akibat adanya peningkatan konsumsi kolektif di tengah masyarakat, mulai dari buka puasa bersama, sahur bersama, atau ritual sosial lainnya yang pada akhirnya mendorong peningkatan konsumsi. Kemudian muncul pula pola konsumsi yang lain dari hari biasanya, kolak, sirup, kue, aneka panganan, aneka minuman, buah dan sebagainya. 

Hal ini jelas mendongkrak inflasi yang pada akhirnya mengerek harga barang menjadi tinggi. Maka Ramadhan pun, menjadi bulan pemicu kenaikan harga akibat tradisi ini. Sebenarnya bukan cuma peningkatan konsumsi bahan makanan, tetapi juga peningkatan konsumsi barang dan jasa lainnya, misalnya bahan sandang, pecah belah, barang elektronik, listrik, biaya pulsa telepon, bahan bakar minyak (BBM) dan gas.

Distorsi Makna

Maka dengan pola yang seperti ini, Ramadhan pun menjadi terdistorsi maknanya. Puasa seyogyanya dimaknai sebagai upaya untuk menahan aneka keinginan pada diri, baik nafsu positif seperti makan, minum, dan bersebadan dengan istri maupun nafsu negatif lainnya, termasuk diantaranya berlebihan dalam mengkonsumsi sesuatu. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa berlebihan-lebihan akan menyeret kita pada kemubaziran, dan hal tersebut akan menjadikan kita berkawan dengan syaitan.

Bentuk-bentuk "berlebihan" tersebut misalnya adalah munculnya menu-menu yang tidak wajar, atau jumlah makanan yang "di luar normal" hingga pada akhirnya banyak yang terbuang dan mubazir. Benar ini mungkin bagian dari respek kita terhadap bulan suci, tapi rasanya tidak bermakna jika dilakukan dengan cara seperti ini.

Di sisi lain, masih ada sebagian dari kita yang mengkalkulasikan kebutuhan terhadap makanan secara tidak logis. Dengan alasan selama puasa kita tidak mengkonsumsi apapun sejak pagi hingga petang, maka diasumsikan kebutuhan akan makanan dan minuman akan meningkat berlipat-lipat saat berbuka sehingga diperlukan persediaan makanan yang berlipat pula. 

Padahal hukum keseimbangan metabolisme tubuh kita tidaklah demikian adanya. Kapasitas tubuh mengkonsumsi bahan makanan tetaplah normal seperti biasanya. Gen dan hormon bekerja secara kooperatif menjalankan fungsi sel agar tetap survive tanpa suplai makanan selama siang hari. Sementara energi bisa terus diambil dari deposit makanan yang kita pasok selama sahur atau cadangan lemak dalam tubuh. Tidak ada masalah dengan itu. Asupan makanan saat berbuka adalah energi baru supaya sel-sel terus survive dalam aktivitas malam, bukan bentuk "kompensasi" dari aktivitas puasa di siang hari. Dan kapasitas tubuh untuk menerima asupan makanan tetap dalam kapasitas normal, bukan berlipat seperti dikalkulasikan sebagian pihak.

Shaum atau berpuasa di bulan Ramadhan, salah satu hikmahnya adalah supaya kita dapat menumbuhkan empati terhadap penderitaan orang lain yang miskin dan kelaparan dengan cara "menahan hawa nafsu" makan, minum, dan seksual. Khusus untuk makan dan minum, kita bisa melihat, bahwa sebagian besar umat Islam sama sekali belum mampu menahan hawa nafsunya. 

Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya biaya belanja di bulan Ramadhan. Menu-menu yang pada hari biasa tidak tersedia, sekarang tersedia dan justru menambah biaya. Efeknya adalah melambungnya harga-harga bahan makanan karena tingginya permintaan. Hal ini mengakibatkan salah satu hikmah puasa menguap begitu saja. Seharusnya, menu makanan dan minuman saat berbuka puasa dan sahur tidaklah berbeda dengan sehari-hari, atau bahkan kurang daripada itu.

Kalau kita berpuasa dengan benar, mengikuti petunjuk Rasulullah, seharusnya harga bahan kebutuhan pokok ini turun, karena logikanya,  permintaan akan kebutuhan bahan pokok seiring dengan pelaksanaan puasa seharusnya juga berkurang. Permintaan kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako), dengan berkurangnya frekuensi makan kita, dari tiga kali sehari pada hari biasa, menjadi hanya dua kali sehari (berbuka dan sahur) pada waktu bulan puasa, seharusnya juga menurun. 

Lapar dan Dahaga

Setiap bulan Ramadhan tiba selalu ada kontradiksi atau paradoks yang tampaknya telah menjadi tradisi. Pada waktu siang hari kita berpuasa, kita tahan lapar, haus dan berhubungan biologis dengan istri. Namun, malam hari, pada saat diperbolehkan untuk itu, kita seperti balas dendam. Jangankan waktu berbuka, pagi atau siang hari kita sudah mulai sibuk, mempersiapkan kira-kira mau buka dengan apa nanti sore. Segala macam makanan dan minuman sudah terbayang siang harinya. Sore harinya dapur kita lebih sibuk dari biasanya, kalau tidak memasak, atau bahkan sudah memasak sekalipun, kita sering merasa belum cukup, yang dijual di pasar lebih menarik. Maka tidak heran pasar kaget pun menjamur, khusus menjual makanan untuk berbuka tumbuh di mana-mana. 

Puasa yang diharapkan dapat membantu implikasi konsekuensi sikap untuk mampu sabar, hemat, bersahaja, dan mengendalikan diri terhadap sikap duniawi. Tetapi umat Islam malah justru terjebak dalam sikap konsumtif dan seolah puasa hanya dijadikan untuk mengubah jadwal makan bahkan konsumsinya melebihi dari sehari-hari.

Sikap lain yang juga menjadi kontradiksi dalam memaknai Ramadhan adalah turunnya produktivitas umat selama puasa. Kantor-kantor pemerintahan biasanya "agak lesu" sehingga kualitas pelayanan publik menurun, sementara dari kita banyak yang datang terlambat datang kerja, agak bermalas-malasan setelah shalat Zuhur atau Ashar, dan wajah kita tampak "cemberut" dari hari biasanya. 

Padahal seharusnya Ramadhan bisa digunakan untuk mendorong kita agar bisa giat seperti halnya yang dicontohkan oleh Rasulullah, yakni melaksanakan perang Badar meski dalam kondisi puasa. Tetapi umat Islam malah justru menjadikan puasa sebagai alasan untuk malas beraktivitas.

Puasa juga seharusnya membuat wajah kita lebih mudah tersenyum, bukan bertambah kecut atau cemberut. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, bahwa tersenyum adalah salah satu bentuk sedekah. Dan ketika hal itu dilakukan pada bulan Ramadhan maka pahalanya akan dikalikan 70 kali lipat. 

Kontradiksi dalam bulan Ramadhan ini hendaknya bisa dikikis dan menjadikan bulan ini sebagai bulan reformasi perubahan diri pada umat. Sebab kalau sampai kontradiksi macam ini terus-menerus dilestarikan bahkan menjadi semacam tradisi atau budaya, maka Ramadhan hanya akan berlalu tanpa makna apapun.

Proses yang seharusnya kita lalui adalah menjadikan Ramadhan sebagai jalan menuju puncak keimanan dan ketakwaan kita pada Allah SWT, serta diimplementasikan dalam bentuk kemampuan untuk mengendalikan diri dalam kehidupan sehari-hari, tidak akan tercapai jika perilaku seperti ini terus dipertahankan. Karenanya, tidak heran bila Rasulullah dengan lugas bersabda,"Banyak orang berpuasa tetapi tidak diperoleh pahala dari puasanya melainkan hanya lapar dan dahaga".***

Penulis adalah guru dan mahasiswa FIP PSKGJ Unimed

Menu Makanan Sehat Saat Puasa

Meski berpuasa, kebutuhan asupan itu jangan sampai kekurangan agar tubuh tak lemas.


Buah-buahan adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin, dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi. Ketika berbuka puasa meneguk segelas jus buah yang mampu meningkatkan kadar gula, sehingga tubuh kembali bertenaga.
Ada banyak buah-buahan yang dianjurkan untuk dikonsumsi bagi orang yang berpuasa, pertama ialah kurma. Kurma merupakan makanan paling kaya kandungan gula glukosanya. Kurma mengandung sejumlah besar gula, berkisar antara 75-87 persen.
Sekitar 55 persen gula dalam kurma berbentuk glukosa, sedangkan 45 persen lagi membentuk fruktosa. Selain itu, kurma mengandung sejumlah protein, lemak, dan beberapa vitamin, antara lain vitamin A, B2, dan B12. Tak ketinggalan pula, kurma mengandung beberapa mineral, terutama kalsium, fosfor, potassium, sulfat, sodium, magnesium, cobalt, zinc, florin, kuningan, manganese, serta sejumlah selulosa.
Dengan sangat cepat, glukosa dalam kurma yang disantap saat berbuka akan berubah menjadi fruktosa, lalu langsung diserap melalui sistem pencernaan untuk menyirami dahaga tubuh akan energi.
Khususnya jaringan-jaringan yang secara esensial bergantung pada pasokan tinggi energi, seperti sel-sel otak, sel-sel saraf, sel-sel darah merah, dan sel-sel tulang belakang.
Lalu, buah-buahan apa lagi yang dianjurkan hadir dalam menu sehat sahur dan berbuka ramadan. Berikut ini daftar menurut saran Samuel.
Pepaya. Buah tropis satu ini mengandung vitamin C dan provitamin A yang dapat membantu memecah serat makanan dalam sistem pencernaan dan membuat lancar saluran pencernaan makanan. Bagi mereka yang berpuasa, buang air besar akan tetap lancar.
Pisang. Buah ini mengandung vitamin A, B1, B2, dan C yang dapat membantu mengurangi asam lambung. Pisang cocok bagi orang yang berpuasa karena bisa membantu menjaga keseimbangan air dalam tubuh.
Mangga. Inilah satu lagu buah yang mudah diperoleh di Tanah Air, mengandung vitamin A, E, dan C yang dapat membersihkan darah. Bagi orang yang berpuasa, jus buah dapat dapat mengurangi dehidrasi.
Namun, sebaiknya berhati-bati bagi yang memiliki lambung sensitif. Pilihlah buah mangga matang alih-alih yang masih muda dan berasa masam.
Strawberry. Buah imut berwarna merah yang kaya vitamin A, vitamin B1, B dan C serta antioksidan, bagus untuk melawan zat radikal bebas. Sehingga daya tahan tubuh orang yang berpuasa tetap terjaga dari virus.
Apel. Dari dulu manfaat buah ini memang sudah dikenal. Tak heran bila di Barat pun muncul slogan "One Apple a day, take your doktor away'. Mengandung vitamin A, B dan C, apel dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mengatasi masalah nafsu makan yang terlalu besar.
Jeruk. Buah identik dengan warna oranye ini mengandung vitamin A, B1, B2 dan C serta antikanker bagi tubuh. Jeruk juga dapat merangsang kekebalan tubuh, membersihkan lender di tenggorokan, rongga hidung akibat influenza. Namun, sekali lagi bagi pemilik lambung sensitif perlu berhati-hati mengonsumsi jeruk.
Belimbing. Inilah buah berbentuk bintang yang mengandung vitamin C dan provitamin A dengan manfaat dapat membantu memperlancar pencernaan makanan, menurunkan tekanan darah, dan tingkat kolesterol dalam tubuh.
Tak ada salahnya menghadirkan belimbing dalam hidangan bila ingin berganti menu buah. Blewah. Sepupu melon ini kaya dengan vitamin A. Rasa manis yang terkandung dalam blewah mempunyai fungsi absorsi atau melakukan penyerapan pada usus yang sering diakibatkan makan tergesa-gesa, sehingga makanan tidak terkunyah dengan baik.
Menyantap buah ini juga membantu menyerap zat-zat tidak diperlukan dari makan makanan yang banyak berbumbu, endapan obat-obatan, bahkan mengatasi rasa mual karena rasa stress. (art)

Páginas vistas en total

  • Add to Facebook
  • Add to Digg
  • Add to Twitter
  • Add RSS Feed

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Get Gifs at CodemySpace.com

fentyvyot. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Design by andre Theme | Bloggerized by andre.ghoib | fentvvyot